Kamis, 06 Agustus 2015

Cerita Inspiratif : Karena Hijab, Semua Meninggalkanku

Diakui atau tidak, baik atau buruknya perilaku seseorang tergantung dengan siapa ia bergaul. Ketika sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki akhlaqul karimah (akhlaq yang mulia), maka secara tidak langsung ia telah ikut merasakan langkah sahabat-sahabatnya. Begitu pula sebaliknya, ketika yang menjadi teman bergaul itu adalah sekelompok orang yang jauh dari cahaya Allah, iapun akan mengikuti mereka sedikit demi sedikit.

Mungkin, karena kecerobohan dalam memilih teman itulah yang telah menjerumuskanku ke jalan yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Dua puluh tahun lalu, tahun 90-an, mengamen di kampus-kampus, terminal-terminal, telah menjadi pilhan gaya hidupku. Padahal, di lain pihak, orang tuaku termasuk orang yang berada (berkecukupan) untuk membiayai kuliah, kos, dan bekal sehari-hari. Bahkan, beliau termasuk pengurus salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yang mana jam terbang dakwahnyapun cukup tinggi. Namun, sekali lagi, karena salah pergaulan, justru jalan setan inilah yang menjadi pijakanku, sebelum akhirnya hidayah merasuk ke dalam sanubari.

Aktivitas mengamen, terus aku jalani hingga aku duduk di semester enam. Meskipun demikian liarnya pergaulanku saat itu, orang tuaku tidak pernah mengetahuinya. Dan Alhamdulillah, meskipun tidak terlalu baik, setiap kali ujian semester, aku selalu lulus. Mungkin hal inilah yang membuat orang tua tidak curiga dengan aktivitasku. Tapi memang di balik itu semua, terlihat keinginan mereka agar aku bisa memperbaiki kostum pakaianku. Memang pada saat itu, baju yang ketat dengan bawahan seperti jeans, menjadi pakaian favoritku. Ditambah lagi dengan rambut yang terurai bebas.

Hingga terjadilah suatu peristiwa yang cukup menggugah diriku, yang kemudian menjadi titik awal kembalinya aku ke fitrah Ilahiyah. Diam-diam aku pulang dengan penampilan baru, berjilbab. Tapi tetap saja, itu hanya bagian atas. Sebab, pakaian bawah masih standar jahiliyah, menggunakan jeans. 

Namun, perjalanan ini rupanya tak semulus yang aku kira. pertimbangan reaksi teman-temanku yang sepertinya fobia terhadap jilbab membuatku ‘kucing-kucingan’ mengenakan jilbab alias bongkar-pasang. Ternyata apa yang aku khawatirkan sebelumnya pun benar-benar terjadi. Teman-teman mencemooh dan mengkerdilkanku. Tidak cukup dengan omongan saja, merekapun berprilaku buruk (yang sebelumnya sangat-sangat akrab) dengan serempak menjauhiku. Satu-persatu dari mereka akhirnya menghilang, jadilah aku “sebatang kara”.

Akan tetapi, sebesar apapun angin dan badai hinaan menghantam, aku telah bulatkan niat untuk tetap menggunakan jilbab.

Cerita Inspiratif : Karena Hijab, Semua Meninggalkanku
Membaca pengalaman betapa sukarnya berjalan di jalur yang diridhai Allah, maka setiap kali melaksanakan shalat, akupun senantiasa berdoa kepada-Nya, “Ya Allah, sudilah kiranya Engkau memberikanku pendamping hidup yang mendukung apa yang aku yakini sebagai kebenaran ini,” Begitu doaku.

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa-doa hambanya. Melalui perantara kedua orang tuaku, aku akhirnya dijodohkan dengan seorang aktivis dakwah yang sebelumnya tak pernah aku kenal. Aku sangat bersyukur berdampingan dengannya. Selain ia sebagai figur suami yang baik, ia juga merupakan sosok pembimbing yang senantiasa mengarahkan kepada jalan yang benar dan diridhai oleh Allah. Yang sangat membahagiakanku, ia adalah seorang yang sangat mengerti agama dan seorang dai.

Wahai para Muslimah, gunakanlah hijab sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh agama (Islam) yang indah dan mulia ini. Dengan hijab itu identitas kalian akan lebih jelas. Tanpanya, bukan hanya keimanan kita saja yang kurang nampak. Namun, keislaman kitapun patut dipertanyakan.

(Sumber: Sungguh, engkau lebih cantik dengan hijab; Marjan Husaeri Al-Haritsi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar